Tuesday, July 2, 2013

ANALISIS WIRAUSAHA SUKSES

Wawancara dan Pengamatan Usaha Kecil Menengah Makalah ini berisikan hasil wawancara saya dengan dua orang pemilik usaha restoran kelas menengah, yang sangat sukses.Bpk. H.Guntur S. dan Ibu Hj. Nuryatun. Mereka adalah pemilik sekaligus perintis dari Rumah Makan Nasi Uduk dan Ayam Goreng "Sederhana" Guntu. Berikut adalah data pribadi dari kedua pasangan yang saya wawancara tersebut : Nama suami : Bapak H. Guntur S. Nama isteri : Ibu Hj. Nuryatun Tempat lahir suami : Jakarta, 20 April 1953 Tempat lahir istri : Jakarta, 7 Maret 1958 Agama : Islam Pendidikan Terakhir : SD Nama anak : 1. Edsa Putra .S 2. Agil Dasril 3. Rita Lestari 4. Tikah Sumarlin Rincian Usaha Jenis Usaha : Usaha Kecil Menengah Bentuk Usaha : Rumah Makan dan catering Nama Usaha : Rumah Makan Nasi Uduk dan Ayam Goreng “Sederhana” Guntu Lokasi Usaha : Jl. Rasamala Raya no 2 Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan. Jam Operasi : Setiap hari pukul 10.00- 24.00 WIB Didirikan tahun : 1973 Menu yang disediakan : • Ayam Goreng (dada, paha) • Ati/Ampela/usus • Udang Tepung/Rica-rica • Babat/Iso/Paru • Tahu/ tempe • Asinan/ Lalap • Sop Iga • Minuman, spt: soft drink, teh, air putih,dll Pelayanan lain : Layanan Pesan antar (Catering) dengan harga Rp25.000/box yang terdiri dari ayam, tahu, tempe, paru, asinan. Minimal pesanan harus diatas 100 porsi dengan biaya kirim Rp 15.000,00 (sudah termasuk service). Pendapatan/bulan (hingga sekarang) Modal awal 150.000 Biaya operasional total 43.400.000 Gaji karyawan @ 8 x800 6.400.000 Listrik 1.000.000 Telpon 500.000 Belanja ayam sayur 30.000.000 Belanja beras 1.000.000 Perawatan 500.000 Biaya tak terdug, spt penambahan peralatan 2.000.000 Transport 2.000.000 Omzet 2 jt/hari x 30 hari 60.000.000 Keuntungan bersih 25% dari omzet 16.600.000 --Sejarah Perkembangan Usaha Rumah Makan Nasi Uduk dan Ayam Goreng “Sederhana” Guntu merupakan cabang dari Rumah Makan Nasi Uduk dan Ayam Goreng “Babe Salam” Kebon Jeruk yang didirikan oleh H. Babe Salam pada tahun 1973. Rumah Makan Nasi Uduk dan Ayam Goreng “Sederhana” H. Babe Salam ini sendiri didirikan oleh sepasang suami istri, yaitu H. Guntur dan Hj. Nuryatun sejak tahun 1989, yang dimana Ibu Hj. Nuryatun sendiri adalah anak dari H. Babe Salam. Lokasinya bertempat di Jalan Rasamala Raya no 2Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan. Sebelum membuka cabang di daerah Rasamala, mereka biasanya hanya membantu almarhum H. Babe Salam untuk mengelola rumah makan yang di Kebon Jeruk. Karena merasa tertantang untuk menjalankan bisnisnya sendiri, pasangan suami istri ini pun membuka cabangnya di daerah Rasamala, dengan perjuangan yang benar-benar dimulai dari nol. Sedangkan, rumah makan yang bercabang di Kebon Jeruk pada akhirnya ditangani oleh adik dari Ibu Hj. Nuryatun. Modal awal mereka membuka cabang di Rasamala hanyalah 150 ribu rupiah, yang sebenarnya hanya cukup untuk untuk membuat meja, bumbu, beras, dan peralatan masak. Sehingga sebagai langkah awal mereka hanya menggelar sebuah meja tanpa tenda di depan kompleks kontrakan mereka. Ayam yang mereka jual juga hanya 10 ekor per hari. Bahkan uang untuk membeli ayam mereka dapatkan dengan cara berhutang kepada orang tua mereka. Mereka meminjam ayam yang merupakan stok harian rumah makan cabang Kebon Jeruk, sebanyak 10 ekor per hari, dengan kesepakatan untuk membayar tiap akhir minggu kepada orang tua mereka. Padahal pada tahun tersebut, harga ayam per ekor masih 1500 rupiah. Usaha yang telah dirintis selama 20 tahun ini (sejak tahun 1989) berawal dari bentuk yang sangat sederhana, yaitu meja kecil yang digelar di pinggir jalan, didepan kontrakan pasangan suami isteri ini. Jualan mereka, yang hanya 10 ekor per hari selalu habis dan menuai untung yang lumayan. Pada tahun 1994, mereka berhasil membeli rumah kontrakan tersebut sehingga menjadi milik pribadi dan melalukan sedikit pemugaran, dengan tujuan agar lebih rapih dan besar, namun itupun masih sangat kecil. Usahanya pun, mereka kembangkan menjadi lebih besar sehingga seukuran warteg-warteg umumnya, persis didepan rumah baru mereka tersebut. Disamping rumah makan tersebut, anak kedua mereka, Agil, mendirikan kios kecil-kecilan yang menjual HP, Voucher isi ulang, Casing HP, juga CD dan Kaset. Usaha mereka terus berkembang, jarang sekali terlihat sepi pengunjung, keuntungan pun meningkat dan membuahkan hasil pada tahun 2003, kedua pasangan tersebut berhasil menunaikan ibadah haji. Pada tahun 2005, rumah makan mereka ini mengalami perkambangan lagi. Ukurannya semakin membesar. Yang tadinya hanya memakai satu kavling, saat itu meluas menjadi dua kavling. Kavling yang diambil untuk perluasan adalah kavling yang tadinya disewa oleh Agil untuk usaha kios HP-nya tersebut. Sementara itu, usaha Agil itu sendiri juga berkembang, dan berpindah ke Roxi Mas. Pada tahun 2006, mereka berhasil merenovasi rumah pribadi mereka lagi, menjadi besar dan bertingkat. Selain itu, mereka pun berhasil sudah berhasil memiliki satu buah mobil dan dua buah sepeda motor. Pada tahun 2008, usaha mereka mengalami perombakan lagi hingga menghabiskan dana 30 juta menjadi besar dan luas, serta sangat rapih, dengan tambahan kolam ikan juga. Musholla dan kamar mandi juga telah dibangun di rumah makan mereka. Selain itu, dapur baru yang luas juga telah mereka bangun bersisian dengan rumah makan. Mereka juga meluaskan jasa pelayanan mereka dengan usaha catering, yang juga semakin lama semakin terkenal. Jasa catering mereka ini sering digunakan oleh pejabat-pejabat, baik untuk acara-acara pribadi, maupun organisasi, seperti acara PT. Pertamina, dan BUMN_BUMN lainnya. Kini, tiap harinya mereka bisa meraup omzet sebesar 3-4 juta. Permintaan pelanggan yang terus berdatangan menuntut mereka untuk bias menjual 50 ekor ayam, 50 liter nasi uduk, dan 50 liter nasi putih per harinya. Maka volume belanjaan mereka tiap hari pastinya meningkat juga, yaitu sebesar 1 juta, terdiri ayam kampong, beras 2 karung per minggu (dengan harga 250.000 per karung). Dari dulu hingga sekarang, mereka hanya memperkerjakan 8 orang karyawan. Namun, seiring dengan perkembangan, mereka telah kehilangan tiga orang karyawan, dengan alasan, telah menikah, telah memiliki anak di kampong, dll. Sekarang karyawan mereka hanya 5 orang dengan gaji sebesar 800-1 juta Rupiah. Karyawan mereka sedari dulu telah tinggal bersama-sama dengan mereka, dan sangat setia layaknya keluarga. Mereka sendiri mengaku sungguh senang karena perkembangan-perkembangan yang terus terjadi. Tak disangka, mereka yang hanya lulusan SD ini, berhasil menhantar keempat anaknya hingga ke tingkat perguruan tinggi. Tiga anak pertamanya telah sarjana. Anak pertama adalah polisi, anak kedua wiraswasta, sedangkan anak ketiga telah bekerja sebagai sekretaris. Sementara, anak bungsu mereka, masih kuliah jurusan Hukum Universitas Trisakti. Mereka sekeluarga, beserta anak-anak, juga telah melunaskan segala pembayaran untuk Naik Haji di akhir tahun ini. Saking suksesnya, mereka sekarang telah berhasil mendirikan kompleks rumah petak kontrakan, dan kini mereka juga telah meraup hasil yang sangat besar dari bisnis kontrakannya tersebut. --Media promosi Mereka mengaku tidak menggunakan banyak media promosi. Selama ini, mereka lebih mengandalkan strategi promosi dari mulut ke mulut. Selain strategi tersebut, mereka mengaku juga sangat dibantu dengan adanya kartu nama, dan box makanan yang berlabelkan rumah makan mereka. --Kendala usaha awal - Ayam masih didapat dengan berhutang pada orang tua mereka - Belum terkenal - Susahnya cari modal untuk keperluan, karena tidak punya uang. --Kendala sekarang - Banyaknya pesaing - Banyaknya anggapan dan fitnah-fitnah dari pesaing, yang mengatakan bahwa mereka sering menggunakan cara-cara mistik, seperti dukun untuk menjadi sesukses ini. --Kunci sukses 1. Memilih bahan baku yang segar, baik untuk ayam olahan dan sayuran segar. 2. Tidak pernah melakukan penyetokan bahan baku. 3. Ketekunan. 4. Kekompakan. Mereka sebagai suami isteri dinilai benar benar terlihat sangat kompak dan selalu melaksanakan segala usaha berdua, mulai dari nol, hingga sesukses sekarang. 5. Bahan baku yang diracik sangat diperhatikan. 6. Motivasi dan rasa kekeluargaan yang selalu dipelihara dalam hubungan majikan dan karyawan. Mereka selalu memperlakukan karyawan seperti keluarga sendiri. 7. Keramah tamahan dengan pelanggan. Ibu Nuryatun suka menghampiri pelanggan yang datang ke rumah makan, hanya untuk bertanya “Apa Kabar” dan meminta kritik dan saran terhadap usahanya. 8. Kesabaran. Mereka mengaku selalu sabar menghadapi segala fitnahan dari orang , terutama pesaing.

No comments:

Post a Comment