JAKARTA SELATAN
Jakarta Selatan adalah nama
sebuah kota administrasi di bagian selatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Jakarta Selatan adalah salah satu dari lima kota
administrasi dan satu kabupaten administrasi DKI. Di sebelah utara,
Jakarta Selatan berbatasan dengan Jakarta Barat
dan Jakarta Pusat.
Di sebelah timur berbatasan dengan Jakarta Timur.
Di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok,
dan sebelah barat dengan Kota Tangerang Selatan.
Jakarta
Selatan adalah kota
administrasi yang paling kaya dibandingkan dengan wilayah lainnya, dengan
banyaknya perumahan warga kelas menengah ke atas dan tempat pusat bisnis utama.
-
KECAMATAN –
Kota Jakarta Selatan terbagi menjadi 10
kecamatan, yaitu :
1. Kebayoran
Lama
2. Kebayoran
Baru
3. Tebet
4. Mampang
Prapatan
5. Pesanggrahan
6. Cilandak
7. Pasar
Minggu
8. Jagakarsa
9. Setiabudi
10. Pancoran
-
BAHASA DAN
BUDAYA –
Budaya
Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak
zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia
yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa,
Sunda,
Minang,
Batak,
dan Bugis.
Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta
juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok,
India,
dan Portugis.
Jakarta merupakan daerah tujuan urbanisasi berbagai ras di
dunia dan berbagai suku bangsa di Indonesia, untuk itu diperlukan
bahasa komunikasi yang biasa digunakan dalam perdagangan yaitu Bahasa Melayu.
Penduduk asli yang berbahasa Sunda pun akhirnya menggunakan bahasa Melayu
tersebut.
Walau
demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap
dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran,
Cilandak, Ciliwung, Cideng, dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan
yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga
Manik yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.
Meskipun
bahasa formal yang digunakan di Jakarta
adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa
percakapan sehari-hari adalah Bahasa Melayu
dialek Betawi. Untuk penduduk asli di Kampung Jatinegara Kaum,
mereka masih kukuh menggunakan bahasa leluhur mereka yaitu bahasa Sunda.
Bahasa daerah
juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti Jawa,
Sunda,
Minang,
Batak,
Madura,
Bugis,
Inggris
dan Tionghoa. Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah tempat
berbagai suku bangsa bertemu. Untuk berkomunikasi antar berbagai suku bangsa,
digunakan Bahasa Indonesia.
Selain
itu, muncul juga bahasa gaul yang tumbuh di kalangan anak muda
dengan kata-kata yang kadang-kadang dicampur dengan bahasa asing. Bahasa
Inggris merupakan bahasa asing yang paling banyak digunakan,
terutama untuk kepentingan diplomatik, pendidikan, dan bisnis. Bahasa
Mandarin juga menjadi bahasa asing yang banyak digunakan, terutama
di kalangan pebisnis Tionghoa.
-
EKONOMI –
Selain
sebagai pusat pemerintahan, Jakarta
juga merupakan pusat bisnis dan keuangan. Di samping Bank
Indonesia dan Bursa Efek Indonesia, kantor-kantor pusat
perusahaan nasional banyak berlokasi di Jakarta. Saat ini, lebih dari 70% uang
negara, beredar di Jakarta.
Jakarta merupakan salah satu kota
di Asia dengan masyarakat kelas menengah cukup
besar. Pada tahun 2009, 13% masyarakat Jakarta
berpenghasilan di atas US$ 10.000. Jumlah ini, menempatkan Jakarta
sejajar dengan Singapura, Shanghai, Kuala Lumpur dan Mumbai.
-
PARIWISATA –
Jakarta mempunyai beberapa
tempat pariwisata yang terkenal dan biasa dikunjungi oleh para wisatawan lokal
dan mancanegara diantaranya adalah:
- Taman Mini Indonesia Indah
- Pulau Seribu
- Kebun Binatang Ragunan
- Taman Impian Jaya Ancol, termasuk taman bermain Dunia Fantasi dan Seaworld Indonesia.
Untuk
wisata sejarah, Jakarta
juga memiliki beberapa museum yang dapat dikunjungi diantaranya Museum Gajah dan Museum
Fatahillah. Selain itu Jakarta
juga memiliki beberapa monumen yang memiliki nilai sejarah. Banyak dari
monumen-monumen ini yang didirikan atau dibangun pada masa presiden Soekarno,
antara lain Monumen Nasional dan Monumen Selamat Datang. Hal ini didasari
tekad Sukarno pada saat itu yang ingin membuat kota
Jakarta sebagai kota monumental.
Dalam
rangka menciptakan Jakarta sebagai kota tujuan wisata
belanja, pemerintah mengadakan program "Enjoy Jakarta". Program ini
diadakan di pusat-pusat perbelanjaan yang terdapat di Jakarta. Untuk mewujudkan Jakarta sebagai tujuan wisata belanja yang
unggul, pemerintah saat ini sedang mengembangkan poros Casablanca-Satrio sebagai poros wisata
belanja. Di poros ini, selain sudah ada pusat perbelanjaan Mal Ambassador, ITC
Kuningan, dan Rasuna Epicentrum, nantinya juga hadir pusat perbelanjaan Ciputra World Jakarta, Kuningan City, dan
Kota Casablanca.
Sejak
awal tahun 1910,
Pemerintah DKI Jakarta gencar membangun pusat-pusat perbelanjaan modern,
atau biasa yang dikenal dengan mal dan plaza. Saat ini Jakarta
merupakan salah satu kota di Asia
yang banyak memiliki pusat perbelanjaan. Beberapa pusat perbelanjaan modern di
Jakarta memiliki luas yang cukup besar (lebih dari 100.000 m2). Di
pusat-pusat perbelanjaan tersebut hadir berbagai waralaba
internasional seperti Starbucks, Sogo, jaringan restoran siap saji McDonalds.
Selain itu, perusahaan-perusahaan waralaba nasional juga memenuhi ruang
pusat-pusat perbelanjaan tersebut, seperti Es Teler 77,
J.Co dan Bakmie Gajah
Mada. Beberapa pusat perbelanjaan tersebut diantaranya adalah :
- Pondok Indah Mall, terletak di Jalan Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. Mall ini terdiri dari 2 bangunan utama yakni Pondok Indah Mall I dan II. Pondok Indah Mall II adalah mall terlengkap untuk memenuhi kebutuhan warga Jakarta Selatan. Di mall II ini terdapat Sogo Department Store, Metro Department Store, dan banyak tenant besar lainnya.
- Pacific Place Jakarta, terletak di kawasan SCBD. Di atas mall ini terdapat Ritz Carlton Hotel Pacific Place dan 2 menara Ritz Carlton Residence. Di mall ini terdapat M Pacific Place, Kidzania, Blitzmegaplex, Kem Chicks, dan tenant lainnya.
- Cilandak Town Square, terletak di Jalan TB. Simatupang, Jakarta Selatan. Mall ini terkenal sebagai pusat hiburan di Jakarta Selatan. Di mal ini terdapat banyak restoran, lounge, dan cafe.
Jakarta memiliki
nama-nama pasar sesuai dengan nama hari dalam sepekan. Namun dari nama-nama
hari itu termasuk Pasar Minggu, Pasar Senen,
Pasar Rebo,
dan Pasar Jumat, dan kini
menjadi nama sebuah daerah. Sementara, Pasar Selasa, Pasar Kamis, dan Pasar
Sabtu, tidak terdengar lagi, konon karena terkalahkan oleh nama daerah. Nama
pasar dikaitkan dengan nama hari karena dalam riwayatnya, aktivitas di pasar
itu dilakukan pada hari tertentu. Misalnya, disebut Pasar Senen
karena aktivitas di pasar tersebut dulunya selalu dilakukan setiap hari Senin. Kini nama tersebut
menjadi sebuah kecamatan di wilayah Jakarta Pusat.
Dalam
arsip Kolonial, pasar pertama kali didirikan oleh seorang tuan tanah berdarah
Belanda bernama Yustinus Vinck di bagian
selatan Castle Batavia pada tahun 1730an. Pasar itu bernama Vincke Passer yang saat ini dikenal
dengan nama Pasar Senen. Vincke Passer merupakan pasar
pertama yang menerapkan sistem jual beli dengan menggunakan uang sebagai alat
jual beli yang sah.
Kemudian
masuk pada abad ke-19 atau pada tahun 1801, pemerintah VOC memberikan kebijakan
dalam perizinan membangun pasar kepada tuan tanah. Namun dengan peraturan pasar
yang didirikan dibedakan menurut harinya. Vincke Passer buka setiap hari
Senin, sehingga orang pribumi sering menyebut Vincke Passer sebagai Pasar Senen
dan hingga saat ini nama tersebut masih melekat hingga diabadikan menjadi
sebuah nama daerah.
Selain
Vincke Passer yang buka hari Senin, ada juga pasar yang buka hari Selasa yakni Pasar Koja, pasar yang
buka setiap hari Rabu adalah Pasar Rebo yang kini menjadi Pasar Induk Kramat
Jati. Kemudian pasar yang buka setiap hari Kamis adalah Mester Passer
yang kini disebut Pasar Jatinegara. Selanjutnya ada beberapa
pasar yang buka di hari Jumat, sebut saja Pasar Lebakbulus, Pasar Klender, dan
Pasar Cimanggis.
Untuk
Pasar Sabtu, atau pasar yang bukanya setiap hari Sabtu adalah Pasar Tanah
Abang. Sedangkan Pasar Minggu atau yang dulu dikenal dengan
sebutan Tanjung Oost Passer buka pada hari Minggu. Perbedaan
pengoperasian pasar ini dilakukan VOC dengan alasan keamanan serta faktor untuk mempermudah
orang dalam berkunjung dan lebih mengenal suatu pasar.
Sayangnya,
kebijakan berlakunya hari kerja pasar tak berlangsung lama. Sebab sejak VOC
bangkrut akibat banyak pejabat yang korupsi, pemerintahan Belanda di Batavia diambil alih oleh
Kerajaan Hindia-Belanda. Sejak zaman Hindia-Belanda, peraturan hari kerja pasar
pun tak berlaku lagi, hingga sebagian besar pasar buka setiap hari, meski
terlanjur menyandang nama hari sebagai nama pasar.
Di
zaman Hindia Belanda pada akhir abad ke-19 inilah
banyak bermunculan pasar-pasar baru yang lebih modern, seperti Pasar Baru
dan Pasar Glodok.
Pasar-pasar yang muncul di era abad ke-19 akhir hingga awal abad ke-20 menjadi
inspirasi lahirnya supermarket dan juga mal.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama : Noni Triana Handayani
Kelas : 1SA02
NPM : 15611204
Nama : Noni Triana Handayani
Kelas : 1SA02
NPM : 15611204
http://www.gunadarma.ac.id/
No comments:
Post a Comment